Saturday, January 24, 2009

Maaf, Eyang Bernoulli! [Part 1]

Kawan, saya akan mencoba memposting artikel yang bukan tentang scripting. Kali ini saya akan mendiskusikan dengan anda sekelumit tentang fisika. Siap?

Pada saat kelas XI SMA, kita telah diajari bagaimana cara kerja pesawat terbang. Mungkin beberapa dari Anda sudah mengetahuinya sebelum diajari oleh guru fisika Anda. Saya masih ingat betul bagaimana Pak Anang (guru fisika saya di SMAN 2 Lumajang) menerangkan cara terbang pesawat. Beliau menjelaskannya dengan Prinsip Bernoulli kurang lebih seperti berikut:



Permukaan sayap atas memiliki permukaan melengkung, sedangkan permukaan bawahnya relatif rata. Ini menyebabkan fluida A (dalam hal ini udara) memiliki lintasan yang lebih panjang daripada B. Ketika pesawat melaju, sayap pesawat membelah udara menjadi dua bagian fluida seperti pada gambar. Udara bagian atas dengan udara bagian bawah akan sampai pada bagian belakang sayap pada waktu yang sama (tA = tB). Karena lintasan A lebih panjang, maka fluida A harus lebih cepat dari B (vA > vB). Keadaan ini akan menyebabkan tekanan udara di atas sayap akan lebih rendah dari tekanan udara di bawahnya. Akibatnya akan muncul gaya (F) ke atas yang mengakibatkan pesawat bisa terbang. Sejauh ini, penjelasan tentang Prinsip Bernoulli sangat bagus. Namun masih ada satu yang janggal. Yaitu tentang waktu di A dan di B yang harus sama (equal transit time assumption). Mengapa harus sama? Adakah penjelasan yang menguatkannya? Sayangnya masih belum ada. Kalaupun ada, penjelasan tersebut memiliki fondasi yang rapuh. Kejanggalan ini sebenarnya sudah saya sadari ketika Pak Anang selesai menerangkan materi ini di kelas saya. Namun pada saat itu saya masih ragu kalau hal itu memang janggal. Ketika ingin bertanya, nyali saya langsung ciut karena saya sadar bahwa Pak Anang dan Bernoulli jauh lebih pintar dari saya. Namun beruntung, setahun setelahnya (ketika kini saya kelas XII) saya menemukan orang yang sependapat dengan saya. Yaitu Robert L. Wolke dalam bukunya “What Einstein Told His Barber”. Hebatnya, Robert L. Wolke tidak hanya menyadari kejanggalan tersebut, tetapi juga memberikan penjelasan yang membuat saya terkagum-kagum. Bagaimanakah penjelasan beliau tentang cara terbang pesawat? Gaya apakah sebenarnya yang membuatnya terbang? Anda bisa menemukan semua itu jika Anda membaca bukunya. Jika Anda tidak memiliki buku tersebut atau tidak ada seorangpun yang bisa dipinjam bukunya, yah tunggu saja postingan saya selanjutnya… ^_^

Wednesday, January 21, 2009

Garis Fleksibel

Pada posting yang lalu saya (kali ini pake kata ganti “saya”, cz kalo pake “aku” katanya ga sopan ^^) sudah menampilkan vector flexible. Bisa dikatakan postingan ini penjelasan dasar-dasarnya saja. Jadi artikel ini hanya untuk orang yang benar-benar awam tentang flash. Hal yang paling penting dalam membuat vektor di flash adalah membuat garis fleksibel. Yaitu garis yang menghubungkan antara titik awal dan titik akhir vektor.



Pertama, kita harus membuat dua movie clip sebagai titik awal dan titik akhir. Misalkan kita beri nama a dan b (beri nama pada instance name). Untuk mempermudah, kita buat movie clip a adalah bulatan biru dan movie clip b adalah bulatan merah. Berikutnya kita buat movie clip sebagai garis fleksibel (beri nama g pada instance name). Di dalam movie clip tersebut kita gambar garis dengan tebal hairline berwarna hitam. Garis tersebut kita buat panjangnya 100px dan lebarnya 100px. Registration pointnya kita buat di pojok kiri atas. Setelah selesai, tugas kita selanjutnya adalah scripting. Movie clip a dan b kita beri script berikut: